Undang Praktisi Perdamaian, Prodi S2 Studi Agama-Agama (SAA) Gelar Seminar Nasional
Selasa (07/10/2021) Program Studi S2 Studi Agama-Agama (SAA) menyelenggarakan kegiatan seminar nasional dengan dihadiri oleh seluruh dosen, alumni dan mahasiswa di lingkungan prodi S2 SAA. Seminar nasional ini mengusung tema "Kontekstualisasi Studi Agama-Agama dalam Framework Perdamaian Global". Seminar ini mengundang pakar sekaligus praktisi perdamaian yakni Irfan Amali MA, dari Peace Generation (PeacGen) Indonesia.
Kegiatan seminar nasional ini diadakan
rutin setiap tahun sebagai bagian dari pendalaman kajian studi agama-agama. Tahun ini
kegiatan tersebut diadakan di Hotel Shakti, Jalan Soekarno-Hatta No.735,
Cimencrang, Gedebage, Kota Bandung.
Ketua Prodi S2 SAA, Dr. Rifki
Rosyad, MA, dalam sambutannya menyampaikan bahwa seminar ini merupakan agenda yang sangat penting untuk memberikan asupan pengetahuan baru baik secara teoretis
maupun praktis kepada seluruh civitas akademik SAA dalam menyongsong setiap
perubahan tataran keilmuan global.
“Tidak bisa kita hidup di era global, tetapi pengetahuan kita ada di
level regional terus. Kita harus upgrade
setiap informasi, tujuannya jelas, SAA harus menjadi garda terdepan dalam
integrasi pengetahuan dan iman”, ungkapnya.
Dalam konteks perdamaian, Rifki Rosyad juga menyoroti
pentingnya media informasi yang
berkembang sebagai salah satu modal daya juang menyebarkan perdamaian,
“Berbagai medsos yang ada, seyogyanya harus kita gunakan dengan tujuan itu
(perdamaian). Dan itu bagian dari implementasi ilmu SAA, dari mulai hal
terkecil. Dan saya kira memang ilmu binadamai ini tidak hanya kita pelajari
dari teori, perlu kita praktekkan, dan jalan menuju praktek adalah dengan
bekerjasama dengan LSM binadamai di luaran sana”, tambahnya.
Selanjutnya, narasumber dalam
seminar nasional ini Irfan Amali MA,
menyampaikan urgensi dan tantangan Prodi Studi Agama-Agama di Indonesia,
utamanya menyoal perdamaian.
“Menurut saya benteng jelas di Perguruan Tinggi menyoal Pendidikan resolusi
konflik dan perdamaian itu sejatinya ada dalam diri prodi ini (SAA). Dan saya
juga meyakini bahwa prodi ini sangat sesuai dengan tuntutan zaman dimana
konflik realistik (kalau pinjam istilahnya Lewis Coser) amat nyata sekarang.
Setiap hari kita disuguhi konflik dan konflik, serasa dunia ini sedang
berperang satu dengan yang lain, bahkan sejak kita bangun tidur dan buka HP
selalu ada berita pencurian, pembunuhan, ujaran kebencian, dan lainnya yang
tentunya menyingkap satu pertanyaan kita pada dunia ini, apa yang akan terjadi
dengan dunia ini ke depan jika konflik semakin nyata?”, ujarnya.
Irfan Amali menambahkan dalam mewujudkan perdamaian dan
toleransi juga perlu dilakukan dengan cara-cara yang intelektual, termasuk
dialog keagamaan. Ceritanya, pria yang biasa disebut Kang Irfan ini kemudian bersama Eric
Lincoln menggagas organisasi perdamaian Peace Generation (PeaceGen) Indonesia.
Tujuannya adalah ingin mewujudkan terciptanya pendidikan perdamaian bagi
anak-anak Indonesia. Berkat usahanya ini PeaceGen memperoleh penghargaan Kick
Andy Award 2020.
“Di PeaceGen itu kita ajarin 12 Nilai Perdamaian yang kemudian saat ini
dirangkum dalam Konsep Moderasi Beragama oleh Kemenag, ya. Dan kita juga adakan
berbagai kegiatan praktis, melatih anak-anak, membuat modul, dan bekerjasama
dengan berbagai instansi baik negeri maupun swasta untuk membantu mewujudkan
Indonesia yang damai”, tambahnya.
Diakhir acara, diadakan praktek perdamaian kepada peserta seminar nasional. Beberapa simulasi dilakukan oleh Kang Irfan seperti
pelatihan berpikir kritis, pelatihan meresolusi konflik vertical-horizontal,
pelatihan mediasi, dan lainnya. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan antusiasme
yang tinggi dari para peserta seminar nasional. (Paelani Setia)
Komentar
Posting Komentar