Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI UNTUK ANAK SEKOLAH

Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan Karakter M. Taufiq Rahman Penanaman pekerti pada anak bukanlah hal yang baru. Setiap orang tua di segala zaman selalu menanamkan pekerti pada anaknya. Demikian karena hidup tanpa pekerti berarti hidup tanpa tujuan, tanpa ruh, dan tanpa semangat. Pekerti sebagai modal psiko-mental, dengan demikian, harus diturunkan kepada anak sejalan dengan menurunkan kemampuan mereka untuk terus hidup. Itulah yang selalu dilakukan oleh para orang tua. Penanaman pekerti untuk hidup adalah inti dari pendidikan. Itulah yang ditempa tiap hari oleh ibu dan bapak kepada anak-anaknya. Dalam budaya kita dari zaman ke zaman, dapat kita renungkan penanaman pekerti ini berbeda-beda caranya, tetapi satu jua tujuannya: sang anak mampu menjalani hidup. 

KONFLIK SOSIAL DALAM PEMIKIRAN ALI SHARIATI

[1] PERTENTANGAN SOSIAL_DALAM_PEMIKIRAN_ALI_SHARIATI.pdf M. Taufiq Rahman [2] Dalam Iran modern, Shariati [3] dikenal sebagai orang yang membawa generasi muda kepada Islam. [4] Setelah Khomeini, Shariati adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam gerakan Islam yang membawakan revolusi pada tahun 1979. [5] Dia bahkan disebut sebagai ideolog pertamanya. [6]

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM KONTEMPORER

[1]  Mengantisipasi dampak konflik sektarian di timur tengah.pdf M. Taufiq Rahman [2] A.     PENDAHULUAN Sejarah pemikiran politik Muslim modern tidak bisa dilepaskan dari pengalaman kolonialisme. Demikian itu terlihat dari komitmen politik umat Islam kontemporer yang merupakan produk dari perjuangan kemerdekaan. Semua gerakan Islam pada awal abad ke-20 di dunia Islam betul-betul politis. Peran gerakan sufi seperti Sanusiyyah (Libya) dan Mahdiyyah (Sudan) serta nama-nama besar seperti Jamaluddin al-Afghani (1838-97), Muhammad Abduh (1849-1905), Rasyid Ridha (1865-1935) dan Muhammad Iqbal (1875-1938) tidak bisa dikesampingkan. [3] Sementara itu, dalam prosesnya, sebagian konsep Barat, dengan tak terhindarkan lagi, mempengaruhi pemikiran Muslim dengan cara yang sangat dialektis.

TRADISI PEMIKIRAN ISLAM

M. Taufiq Rahman [2] “Allah membuat perumpamaan, ‘kalimah’ yang baik adalah bagaikan pohon yang baik: akarnya kukuh menghunjam dan cabangnya berkembang di langit.” (QS. Ibrahim/14: 24). “Al-muhafazhah ‘ala al-qadim al-salih wa al-akhd bi al-jadidi al-aslah” (Mempertahankan yang lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik).

PERANAN ELIT DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN

M. Taufiq Rahman Tulisan ini memfokuskan pada pandangan sosiologi atas tokoh-tokoh sekaligus ulama Persis (Persatuan Islam) di Indonesia. Metode yang dipergunakan dalam tulisan ini ialah bersifat biografis dan sosiologis. Apa yang didiskusikan terutama adalah peran-peran ulama sebagai elit keagamaan dan kebudayaan dalam usaha mereka untuk membimbing umat Islam dalam konteks masa dan tempat mereka hidup. Tulisan ini diakhiri dengan penguraian beberapa figur ulama Persis yang menonjol, yaitu A. Hassan, M. Natsir, KHM. Isa Anshary, KHE. Abdurrahman, KHA. Latief Muchtar, dan KH. Shiddieq Amien. Tulisan ini pernah dipresentasikan di ICON IMAD I dengan judul TOKOH-TOKOH DI BALIK GERAKAN DA'WAH PERSIS: DARI A. HASSAN HINGGA S H IDDIEQ AMIEN di Bandung tanggal 20-22 November 2011.