THE RISE OF THE UNDERDOG


Oleh: M. Taufiq Rahman
Konon, apabila dijumlahkan rumput di dunia ini akan mengalahkan pohon-pohon lain yang juga apabila dijumlahkan, tingginya. Maka jadilah, yang di bawah itu, di atas, berkedudukan lebih tinggi. Dan ini tidak jarang terjadi, di dunia ini. 

Seringkali orang mengeluh bahwa ia bernasib buruk, bahwa kehidupannya kurang sukses karena bukan anak orang kaya, bahwa untuk bersekolah atau berusaha harus banyak modal, dan sebagainya, dan sebagainya. Walhasil, orang-orang tersebut melemparkan tanggung jawabnya kepada keadaan atau kondisi dan tidak ada niatan untuk melakukan apapun untuk merubahnya.
Padahal, kehidupan kita, pada dasarnya, selain tergantung pada apa yang terjadi di sekeliling kita, juga tergantung pada rencana hidup kita. Dan pada hakikatnya, manusia mempunyai kemampuan untuk merubah arah hidupnya sesuai dengan yang diinginkannya.
Menurut Lazarus dan May (1985), umumnya dalam hubungan timbal balik antar manusia hanya sedikit hal yang tidak dapat dilakukan oleh kita. Perkataan “saya tidak bisa” itu sebetulnya tidak akan pernah ada. Atau, kalaupun ada, hanya untuk melemahkan kita sendiri. “Saya tidak bisa mengurangi berat badan saya,” “saya tidak bisa mengerjakan pekerjaan itu,” “saya tidak bisa berhenti merokok,” dll. Itu sebetulnya hanya basa-basi untuk melindungi diri.
Coba kalau suatu pekerjaan yang tadinya tidak bisa, diiming-imingi uang misalnya milyaran rupiah, atau diancam akan dibunuh jika kita tidak melakukannya; akankah kita tetap tidak bisa? Ternyata kemudian kita bisa melakukannya.
Jadi, yang terpenting adalah motivasi. Banyak orang berkata bahwa mereka ingin melakukan sesuatu, tetapi setiap tindakannya berlawanan dengan pernyataannya. Ada orang yang ingin berdiet, tetapi orang tersebut tetap berpikiran bahwa kenikmatan makan dalam waktu pendek lebih penting daripada kenikmatan menjadi kurus dalam jangka waktu panjang. Juga ia berkeyakinan bahwa usaha mengurangi berat badan dengan belajar makan menurut peraturan adalah hal yang amat berat baginya.
Nah, jika motivasinya tidak ada, apa yang akan didapat orang-orang tersebut? Perkataan-perkataan seperti “saya ingin,” “saya akan coba,” “saya rasa saya akan melakukannya,” atau “lebih baik lagi saya harus,” dll. adalah pernyataan yang ambivalen dan alat untuk menipu diri sendiri.
Berdiet, misalnya, memang banyak cara untuk melakukannya. Tetapi orang yang ingin berdiet itu kebanyakannya hanya mengalihkan perhatiannya kepada hal utama, yaitu motivasinya. Umumnya orang mengetahui bagaimana mengurangi berat badan, tetapi mereka tidak melakukannya.
Ketangguhan melakukan niatan atau motivasi memang satu hal yang sulit. Terlalu banyak godaan di luar sana yang membuat kita terpancing untuk keluar dari berbagai niatan baik kita. Tetapi semua itu adalah hal yang semu, jika yakin bahwa tujuan kita sudah ada dan akan tercapai.
Maka, kalau sudah besar niatan kita, besar pula energi kita, kita pun akan berubah. Hal-hal yang mustahil pun bisa jadi kenyataan.
Begitulah, yang di bawah seringkali dapat menjadi di atas. Kodok bisa makan ular, kucing takut tikus, anjing takut kucing, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam hidup ini kita jangan lengah, karena bisa jadi nasib menunggu hal lain, yang lemah menjadi yang kuat, yang kuat menjadi yang lemah. Sebab seringkali yang di bawah itu bangkit. Jadilah, the rise of the underdog!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prodi S2 Studi Agama-Agama (SAA) Gelar Workshop Kurikulum 2020