Agama dan Politik Identitas

 Oleh: M. Taufiq Rahman (fikrakoe@uinsgd.ac.id)



Selama lebih dari seabad, konsensus ilmiah meramalkan penurunan agama sebagai kekuatan sosial sebagai akibat dari modernisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan sosial, atau Revolusi komunis. Namun dalam praktiknya, agama telah menunjukkan sedikit tanda berkurang pentingnya di depan umum. Apakah mempertimbangkan Revolusi Iran tahun 1979, munculnya Hak Agama di Amerika Serikat pada 1980-an, ledakan kekerasan sektarian di tempat-tempat seperti Irlandia Utara, India, Lebanon, dan Bosnia-Herzegovina, penyebaran kelompok-kelompok Islam militan seperti Al Qaeda, Boko Haram, Al-Shabaab, dan ISIS, serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, atau peran agama dalam mendukung gerakan demokrasi di bagian Amerika Latin, Afrika, Eropa Timur, dan Asia, agama tetap menjadi faktor kuat dalam kehidupan sosial dan politik. Ilmuwan sosial memilikinya baru belakangan ini mulai menyadari bahwa agama adalah kekuatan yang perlu dipahami dengan lebih baik.

Politik Identitas menurut Manuel Castells diperbincangkan di YouTube Isri Indonesia

Buku ini berfungsi sebagai kajian khusus topik agama dan politik identitas dalam implikasinya pada kerangka kehidupan sosial. Dalam buku ini, kita melihat peran sosial agama, yang secara khusus berfokus pada agama sebagai faktor dalam politik, didefinisikan luas untuk fokus tidak hanya pada pemerintah tetapi pada perjuangan atas pelaksanaan sosial, politik, dan kekuatan ekonomi. Kami melihat berbagai masalah, mulai dari mengeksplorasi hubungan di antara keduanya, modernitas, agama, dan sekularisme ke hubungan agama dengan terorisme, dengan peran agama dalam mendukung atau menentang demokrasi dan perubahan sosial. Buku ini mengeksplorasi berbagai agama tradisi dan termasuk kasus-kasus dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prodi S2 Studi Agama-Agama (SAA) Gelar Workshop Kurikulum 2020